Resensi Novel
Oke, Kita Bersaing!
Judul Buku : Oke, Kita Bersaing!
Penulis : Leyla Imtichanah
Penerbit : Gema Insani
Tahun : 2004
Novel
Oke, Kita Bersaing! merupakan
sebuah novel yang ditulis oleh Leyla Imtichanah, seorang wanita kelahiran Karanganyar
01 November 1981. Leyla Hana, adalah nama
pena dari Leyla Imtichanah.
Ia menyelesaikan
pendidikan terakhirnya di S1 Ekonomi Studi Pembangunan, Universitas Diponegoro
Semarang pada tahun 2003. Sempat bekerja sebagai Editor di sebuah penerbit,
sebelum memutuskan untuk menjadi penulis lepas dan ibu rumah tangga. Saat ini ia
telah dikarunia tiga orang putra
bernama Ahmad Ismail Haniya (4 tahun), Ahmad Sidiq Aghniya (3 tahun), Muhammad
Salim Luthfi (6 bulan). Banyak karyanya yang telah
diterbitkan oleh berbagai penerbit. Novel Oke, Kita Bersaing! merupakan salah
satu novel karya leyla yang mendapatkan penghargaan, yaitu peringkat 2
Sayembara Novel Islami oleh penerbit Gema Insani.
Novel ini bertema tentang kehidupan
SMA. Novel ini mengisahkan persaingan antar sesama pelajar yang pasti akan
selalu ada, baik secara positif maupun negatif. Namun, itulah bagaimana kita
mengetahui teman yang baik dan yang buruk. Bagaimana cara kita untuk bersaing
secara positif karena kita tidak hanya membutuhkan persaingan tetapi kita juga
membutuhkan persahabatan. Karena yang negatif tidak akan membawa hasil yang
positif.
Alur yang digunakan dalam novel ini
adalah alur maju, sejak awal cerita telah tergambar jelas tentang persaingan
antara Lila dan Lisa dalam berbagai hal. Seiring berjalannya cerita persaingan diantara
mereka semakin jelas dan kedua terlihat mulai saling menyimpan rasa benci
antara satu dan lainnya. Namun persaingan itu justru sangat memotivasi keduanya
untuk selalu berusaha menjadi lebih baik daripada saingannya. Di akhir cerita
mereka pada akhirnya sadar dan sudah saling memaafkan dan menyatakan bahwa
persaingan diantara mereka telah berkhir. Novel ini memiliki akhir cerita yang
cukup mengejutkan dan mengharukan.
Novel ini bercerita tentang
kehidupan remaja khususnya di daerah Jakarta. Latar tempat yang digunakan dalam
novel ini tidak tergambar dengan jelas, sehingga dapat menyebabkan pembaca
bingung saat membacanya. Walaupun begitu, latar waktu yang digunakan cukup
jelas digambarkan oleh penulis. Jika dibahas mengenai latar suasana, penulis
cukup handal dalam menggunakan kata-kata yang dapat membawa pembaca terbawa
suasana novel tersebut.
Tokoh-tokoh yang digambarkan si
penulis mampu mewujudkan tema islam, cinta, dan persahabatan. Ada Lila dan Lisa
selaku tokoh utama dalam novel ini yang memiliki perbedaan yang sangat berbeda.
Lila, seorang gadis yang begitu beruntung dibalik kekurangannya. Dialah sosok
yang menggambarkan usaha kita untuk mencapai sesuatu yang kita inginkan. Lisa,
gadis yang tidak pernah merasa puas dengan segala kelebihannya. Ini merupakan
penggambaran dari si penulis, sebagai manusia kita memang tidak pernah merasa
puas dengan segala yang kita miliki padahal tanpa kita sadari kadang kita
terlihat sombong dihadapan manusia lain.
Tokoh lainnya, ada Aldi
yang shaleh dan mampu menahan hawa nafsunya bahkan sangat berusaha menghindari
fitnah dan berusaha untuk selalu berlaku baik pada setiap orang. Ada pula Risma
yang misterius dengan jilbab panjangnya yang memiliki pola pikir yang berbeda
mengenai Rohis. Masih banyak sahabat-sahabat Lila yang mampu memberi warna lain
dalan novel ini, ada Cici, Mimi, Susi dan lain-lain dengan keceriaan-keceriaan
yang mereka miliki dan mereka mampu memberikan kita pelajaran mengenai islam,
cinta, dan persahabatan. Di novel ini pengarang berada di posisi orang ketiga
serba tahu.
Gaya
bahasa yang digunakan pengarang adalah bahasa sehari-hari, sehingga pembaca
dapat dengan mudah memahami dan membayangkan bagaimana jalan cerita novel ini. Di
dalam karyanya, pengarang banyak menggunakan ungkapan-ungkapan dan majas-majas
yang disusun secara menarik sehingga memiliki cita rasa yang tinggi. Pemilihan
kata (diksi) yang digunakan pengarang merupakan kata-kata yang ringan dan mudah
dipahami. Namun di novel ini juga terdapat penggambaran kekerasan antar siswa
SMA dan ada beberapa ucapan yang
sebenarnya tidak cocok untuk diucapkan oleh siswa SMA. Sehingga novel ini
diharapkan tidak dibaca oleh siswa Sekolah Dasar (SD) dan lebih dikhususkan
kepada siswa SMA dan usia diatasnya sehingga dapat menjadi renungan diri.
Pengarang memberikan pesan atau
amanat kepada pembaca secara tersirat. Novel ini meminta kita, untuk mengetahui
siapa diri kita sebenarnya, mengetahui diri kita yang sesungguhnya. Melalui
novel ini, penulis juga mengajak kita untuk mengetahui bagaimana seharusnya
kita bertindak selaku pelajar dan khususnya remaja. Segala hal di dalam novel
ini memang sedang banyak dialami remaja saat ini.
Amanat yang dapat diambil adalah
bersainglah secara sehat. Pikirkanlah baik-baik suatu hal yang akan kita
lakukan. Bersaing boleh saja, asalkan itu dapat memotivasi kita untuk menjadi
pribadi yang lebih baik dan jangan pernah berfikiran untuk memenangkan persaingan
dengan jalan apapun. Jangan pula persaingan itu justru membuat kita jadi
bermusuhan ataupun menyimpan rasa tidak senang. Janganlah merasa sombong atas
segala yang kita miliki dan jangan pula merasa iri terhadap orang lain.
Kelebihan dari novel ini terletak
pada amanat yang terkandung di dalamnya, amanatnya dapat menjadi media
pembelajaran dan menjadi renungan bagi kita. Kelebihan lainnya yaitu novel ini
disertai beberapa ilustrasi yang diselipkan di beberapa halaman novel, sehingga
dapat membantu pembaca dalam memahami alurnya. Jika diperhatikan, kekurangan
dari novel ini adalah ukuran novel yang terlalu kecil untuk ukuran novel yang
biasanya, novel ini hanya seukuran komik. Kekurangan lainnya ada pada desain
cover yang tidak menarik, sehingga pembaca yang melihatnya mungkin tidak merasa
tertarik untuk membacanya.
0 komentar:
Posting Komentar