Sabtu, 01 November 2014

Resensi Novel Oke, Kita Bersaing!

Judul Buku       : Oke, Kita Bersaing!
Penulis             : Leyla Imtichanah
Penerbit           : Gema Insani
Tahun              : 2004

Novel Oke, Kita Bersaing!  merupakan sebuah novel yang ditulis oleh Leyla Imtichanah, seorang wanita kelahiran Karanganyar 01 November 1981. Leyla Hana, adalah nama pena dari Leyla Imtichanah. Ia menyelesaikan pendidikan terakhirnya di S1 Ekonomi Studi Pembangunan, Universitas Diponegoro Semarang pada tahun 2003. Sempat bekerja sebagai Editor di sebuah penerbit, sebelum memutuskan untuk menjadi penulis lepas dan ibu rumah tangga. Saat ini ia telah dikarunia tiga orang putra bernama Ahmad Ismail Haniya (4 tahun), Ahmad Sidiq Aghniya (3 tahun), Muhammad Salim Luthfi (6 bulan). Banyak karyanya yang telah diterbitkan oleh berbagai penerbit. Novel Oke, Kita Bersaing! merupakan salah satu novel karya leyla yang mendapatkan penghargaan, yaitu peringkat 2 Sayembara Novel Islami oleh penerbit Gema Insani.
Novel ini bertema tentang kehidupan SMA. Novel ini mengisahkan persaingan antar sesama pelajar yang pasti akan selalu ada, baik secara positif maupun negatif. Namun, itulah bagaimana kita mengetahui teman yang baik dan yang buruk. Bagaimana cara kita untuk bersaing secara positif karena kita tidak hanya membutuhkan persaingan tetapi kita juga membutuhkan persahabatan. Karena yang negatif tidak akan membawa hasil yang positif.
Alur yang digunakan dalam novel ini adalah alur maju, sejak awal cerita telah tergambar jelas tentang persaingan antara Lila dan Lisa dalam berbagai hal. Seiring berjalannya cerita persaingan diantara mereka semakin jelas dan kedua terlihat mulai saling menyimpan rasa benci antara satu dan lainnya. Namun persaingan itu justru sangat memotivasi keduanya untuk selalu berusaha menjadi lebih baik daripada saingannya. Di akhir cerita mereka pada akhirnya sadar dan sudah saling memaafkan dan menyatakan bahwa persaingan diantara mereka telah berkhir. Novel ini memiliki akhir cerita yang cukup mengejutkan dan mengharukan.
Novel ini bercerita tentang kehidupan remaja khususnya di daerah Jakarta. Latar tempat yang digunakan dalam novel ini tidak tergambar dengan jelas, sehingga dapat menyebabkan pembaca bingung saat membacanya. Walaupun begitu, latar waktu yang digunakan cukup jelas digambarkan oleh penulis. Jika dibahas mengenai latar suasana, penulis cukup handal dalam menggunakan kata-kata yang dapat membawa pembaca terbawa suasana novel tersebut.
Tokoh-tokoh yang digambarkan si penulis mampu mewujudkan tema islam, cinta, dan persahabatan. Ada Lila dan Lisa selaku tokoh utama dalam novel ini yang memiliki perbedaan yang sangat berbeda. Lila, seorang gadis yang begitu beruntung dibalik kekurangannya. Dialah sosok yang menggambarkan usaha kita untuk mencapai sesuatu yang kita inginkan. Lisa, gadis yang tidak pernah merasa puas dengan segala kelebihannya. Ini merupakan penggambaran dari si penulis, sebagai manusia kita memang tidak pernah merasa puas dengan segala yang kita miliki padahal tanpa kita sadari kadang kita terlihat sombong dihadapan manusia lain.
Tokoh  lainnya, ada Aldi yang shaleh dan mampu menahan hawa nafsunya bahkan sangat berusaha menghindari fitnah dan berusaha untuk selalu berlaku baik pada setiap orang. Ada pula Risma yang misterius dengan jilbab panjangnya yang memiliki pola pikir yang berbeda mengenai Rohis. Masih banyak sahabat-sahabat Lila yang mampu memberi warna lain dalan novel ini, ada Cici, Mimi, Susi dan lain-lain dengan keceriaan-keceriaan yang mereka miliki dan mereka mampu memberikan kita pelajaran mengenai islam, cinta, dan persahabatan. Di novel ini pengarang berada di posisi orang ketiga serba tahu.
Gaya bahasa yang digunakan pengarang adalah bahasa sehari-hari, sehingga pembaca dapat dengan mudah memahami dan membayangkan bagaimana jalan cerita novel ini. Di dalam karyanya, pengarang banyak menggunakan ungkapan-ungkapan dan majas-majas yang disusun secara menarik sehingga memiliki cita rasa yang tinggi. Pemilihan kata (diksi) yang digunakan pengarang merupakan kata-kata yang ringan dan mudah dipahami. Namun di novel ini juga terdapat penggambaran kekerasan antar siswa SMA  dan ada beberapa ucapan yang sebenarnya tidak cocok untuk diucapkan oleh siswa SMA. Sehingga novel ini diharapkan tidak dibaca oleh siswa Sekolah Dasar (SD) dan lebih dikhususkan kepada siswa SMA dan usia diatasnya sehingga dapat menjadi renungan diri.
Pengarang memberikan pesan atau amanat kepada pembaca secara tersirat. Novel ini meminta kita, untuk mengetahui siapa diri kita sebenarnya, mengetahui diri kita yang sesungguhnya. Melalui novel ini, penulis juga mengajak kita untuk mengetahui bagaimana seharusnya kita bertindak selaku pelajar dan khususnya remaja. Segala hal di dalam novel ini memang sedang banyak dialami remaja saat ini.
Amanat yang dapat diambil adalah bersainglah secara sehat. Pikirkanlah baik-baik suatu hal yang akan kita lakukan. Bersaing boleh saja, asalkan itu dapat memotivasi kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan jangan pernah berfikiran untuk memenangkan persaingan dengan jalan apapun. Jangan pula persaingan itu justru membuat kita jadi bermusuhan ataupun menyimpan rasa tidak senang. Janganlah merasa sombong atas segala yang kita miliki dan jangan pula merasa iri terhadap orang lain.

Kelebihan dari novel ini terletak pada amanat yang terkandung di dalamnya, amanatnya dapat menjadi media pembelajaran dan menjadi renungan bagi kita. Kelebihan lainnya yaitu novel ini disertai beberapa ilustrasi yang diselipkan di beberapa halaman novel, sehingga dapat membantu pembaca dalam memahami alurnya. Jika diperhatikan, kekurangan dari novel ini adalah ukuran novel yang terlalu kecil untuk ukuran novel yang biasanya, novel ini hanya seukuran komik. Kekurangan lainnya ada pada desain cover yang tidak menarik, sehingga pembaca yang melihatnya mungkin tidak merasa tertarik untuk membacanya.

0 komentar:

Posting Komentar

Calender

Blogger templates


widgeo.net
Flag Counter

Pages

Diberdayakan oleh Blogger.
Dari : Situs Alfi

Popular Posts

Follower

Visitor

Recent Posts

Text Widget

My Tweeter